Saturday, November 22, 2008

Seminar perpajakan

Saudara saudara sekalian,

Kemarin saya baru menghadiri seminar pajak. Si bapak ngomong dgn bahasa yg berbelit2, mengutip pasal ini dan itu.. Padahal yg saya mau tau cuma satu, kalo saya udh bayar pajak disini, perlukah saya bayar pajak lg di Indonesia. Setelah penjelasan yg amat berbelit2 pula.. dengan mengatakan ada tax treaty, menghindari double taxation blablabla.. It turns out that we do IF we have NPWP. Bukan double taxation, tp istilahnya metode eliminasi.

Contoh kasus:
Jadi misalnya di Sing saya berpenghasilan kotor $2000 sebulan, sebagai foreigner, sm pemerintah SIng dipajak sekian persen, anggaplah dipajak $500 pertahun. Tapi berdasarkan hitungan Indonesia, $2000 x Rp 8000 (kurs skrg) x 12 kan jadinya pendapatan saya sekitar 200juta lah ya.
Nah, di indonesia berlaku sistem pajak progresif, untuk 50juta pertama kena pajak 5%, 15% utk 200juta kedua, 25% utk berikutnya, dst. Jadi kalo pake itungan indonesia, saya kena pajak sekitar 25juta rupiah? Sekitar 3000sgd kalo pake kurs terbaru. Nah, sistem eliminasi mengkreditkan si pajak luar negeri terhadap pajak di Indonesia, jadi 3000sgd - 500sgd =2500 sgd. Jadi sebulan mesti menyisihkan sekitar 200sgd. Gile, buat sewa kamar aja berapa, buat makan idup dll berapa, buat dikirim kerumah berapa. Blm lagi klo pny kluarga. Shocker hah? *%&)@%*%&@))!_$. Dan pendapatan 2000$ itu kecil bgt loh klo disini.. dan saya merasa ga adil aja gitu dipajak lbh gede drpd tempat saya bernaung dan beraktivitas.

Kemaren ada yg blg, pajak itu sebenernya bisa dinilkan kalo kita2 yg kerja di luar negeri. Karena kita kan hidup dgn standar living cost di luar. Cm gw baca disini

http://www.pajak.go.id/index.php?option=com_docman&Itemid=178

Objek pajak luar negeri adalah penghasilan BRUTO, alias penghasilan sebelum dikurangi macem2. Padahal objek pajak dalam negeri tuh adalah penghasilan NETTO.

Meski begitu, ternyata kita2 para penduduk luar negeri ini bisa minta surat keterangan pajak dari kantor pajak. Kalo disini namanya certificate of tax residence. Kalo kita bekerja di luar negeri, ga punya apa2 di Indonesia, kita dianggap WNA secara pajak. Jd ditjen pajak Indonesia ga berhak menyentuh PPh kita sama sekali. Jika anda memiliki properti di Indonesia, anda bisa aja bikin NPWP buat ngurusin pajak properti anda itu. Namun tetap memegang SKD itu (surat keterangan domisili pajak) utk melindungi penghasilan anda dari perpajakan ekstra.

Saya sedikit tersinggung, karena ketika kami semua protes, sang bapak berkali2 mengatakan, "saya tau semua org ga ada yg mau bayar pajak, sapa sih yg mau?" Loh, bapak ini tidak mengerti ternyata. Saya sih akan membayar pajak jika memang itu kewajiban saya dan saya merasa itu adalah hal yg reasonable, atau saya yakin pajak itu AKAN dipakai utk membangun negara tercinta saya. Pelayanan ditingkatkan, jalan dibenerin, pembangunan terpadu, itu propinsi2 kecil disapih. Jika saya memang harus mengeluarkan dana itu mending saya kasih aja langsung ke propinsi2 kecil yg butuh. Muak saya ngasi duit ke pemerintah pusat terus, nyatanya yg berkembang terus hanya Jakarta.

Mereka kira kita2 yg hidup di luar negeri ini kaya2 semua apa??? Kita juga berjuang utk hidup.. Mungkin jika suatu hari nanti pemerintah Indonesia berhasil "meyakinkan" saya bahwa uang saya akan dipakai utk kebaikan dan saya tidak akan merasa rugi sama sekali mengeluarkan pajak yg relatif besar itu, saya akan lgsg apply buat NPWP..

But not now sir.. sorry

No comments: