Friday, May 17, 2013

Ditinggalkan

Ditinggal teman-teman satu persatu pindah ke perusahaan lain rasanya seperti hilang harapan. Asal muasal hijrah besar-besaran ini adalah karena sudah satu tahun perusahaan saya TIDAK ADA proyek. Manajemen bilang perusahaan ini masih bisa bertahan sampai tahun depan. Setelah itu wallahu alam. Kenyataan itu dan kebosanan tak terkira itu membuat amat sangat gelisah.

We all got mouths to feed, bills to pay, lifestyle to maintain (oke, yang ini sekunder). Dan saya termasuk yang posisinya paling lemah di perusahaan ini. Kenapa?

Sejak tahun 2009 memang pemerintah sini sudah membatasi PR approval, alias lebih diseleksi lagi. Sejak tahun lalu alias 2012 lebih parah lagi, karena penduduk lokal semakin keberatan pemerintah menambah pekerja asing (foreign talent) mereka pun memperketat Employment Pass (EP) approval. Mereka menaikkan batas gaji untuk EP, mengurangi kuota S Pass, bahkan dengar2 mereka akan membuat kuota buat EP (tadinya tidak ada). Alasan penduduk lokal karena pekerja asing ini adalah saingan laten bagi para pekerja lokal untuk mencari kerja. Memang sih, perusahaan kadang cenderung memilih untuk memperkerjakan pekerja asing. Kenapa?

Jadi penduduk lokal a.k.a PR dan Singaporean setiap bulannya gaji dipotong 20% untuk CPF ( the so called pension fund) dan masih bayar pajak tahunan. Sedangkan pekerja asing hanya perlu bayar pajak tahunan sekitar 5.5% di akhir tahun. Tentu saja dong, jadi perusahaan bisa memperkerjakan pekerja asing dengan gaji yg setidaknya 20% lebih kecil. Bahkan biaya yang harus dibayar perusahaan tiap bulan untuk tiap EP holders di perusahaan tidak sampai 20%.

Banyak bisnis tutup karena kuota pekerja asing diturunkan dan mereka tidak mampu melanjutkan usaha. Jika ingin terus lanjut maka harga barangnya harus dinaikkan, karena harus menggaet pekerja lokal yang notabene lebih mahal, mana bahan pokok juga mahal. Nah kalau harga barang/jasa dinaikkan, memang masih laku? Contoh: toko menjual bebek panggang seporsi S$10. Untuk terus beroperasi dia harus menaikkan biaya jadi S$20. Ada yang mau beli bebek panggang di coffeeshop harga segitu? I don't think so.

Kembali ke kasus saya. Kalau teman-teman saya orang lokal apply pekerjaan dan saya bersaing dengan mereka, untuk saat ini saya kalah telak. Kecuali saya mau dibayar murah dengan kualitas sama. Tapi yang bener aja, tinggal disini juga tidak murah loh.

Jadi memang tinggal tetap berusaha mencari pekerjaan baru dan terus tawakkal. Semoga ditunjukkan yang terbaik, diberi yang terbaik, dan dalam proses, diikhlaskan menjalaninya. Aamiiin

No comments: