Friday, October 1, 2010

Suami dan Istri

Singkat cerita, saya ditegur oleh mertua saya berdasarkan pengamatan mereka pada perlakuan saya pada suami. Diantaranya: menolak membuatkan indomie di pagi hari, meminta suami memijat kaki saya di depan saudara saudara, dan mengomeli suami karena lupa bawa sepatu pantofel. Kata mertua, saya tampak meremehkan suami saya. Lalu, tiba2 mertua menyinggung2 pendidikan saya yg (kebetulan) sudah S2. Saat itu saya diam saja.... Tapi rasanya ingin sekali membela diri.

Pak,
Apalah artinya S2 saya pak, dalam pekerjaan sayapun S2 saya tidak ada artinya. Gaji saya segitu2 aja, karir saya masih tetap junior engineer. Dlm hal ilmu pun saya masih banyak belajar dari orang lain. Saya S2 bukan demi karir pak, bukan jg supaya gaji saya lebih tinggi, saya S2 karena saya mau ilmu.

Saya menolak membuatkan indomie di pagi hari, karena itu tidak sehat pak. Siang siang ato malam hari bolehlah. Tapi memulai hari dengan indomie saya rasa saya berkewajiban mengingatkan suami bahwa itu tidak baik. Masalah memijat, saya rasa tergantung siapa yg melihat. Buat saya suami memijat istri adalah tanda sayang pada istri. Lagipula kaki saya memang sakit sekali. Masalah sepatu pantofel, mungkin saya salah karena harus mengomel. Itu saya akui.

Kata mertua saya, suami adalah imam. Jadi harus dihormati. Itu saya stuju pak, namun apakah imam selalu benar? Jika saya tahu itu salah, bukankah lebih baik saya menegur agar dia tidak menanggung dosa dari apa yg saya lakukan?
Saya tahu ALlah berfirman bahwa istri2 sudah sepantasnyalah hormat pada suami karena yg demikian itu adalah sebaik2nya bagi istri. Namun sepantasnyalah pula suami2 sayang pada istri2. TOlong pak, jangan dipotong hanya sampai bagian hormat pada suami. Saya jd merasa tugas saya sebagai istri hanya manggut2 dan menurut seperti robot. Allah menciptakan saya dengan akal jg sama seperti lelaki. Istri wajib taat pada suami selama apa yg dianjurkan suami adalah baik. Memang terkadang karena umur kami yg hanya terpaut beberapa bulan saya sering keceplosan berkata yg menyinggung hati. Maklumilah pak, kami baru setahun menikah. Itu saya akui saya sering khilaf.

Namun saya dengan seluruh kerendahan hati meminta bapak untuk tidak menilai saya. Nasihat bapak saya terima dengan lapang dada, tapi semua penilaian bapak membuat saya sedih. Karena saya tidak berkata apa-apa mungkin bapak menganggap semua itu benar. Saya menolak jadi istri yg tidak bisa memberi pendapat dalam rumah tangga dan hanya bisa mengomel di belakang. Rumah tangga kami adalah urusan kami dan ALlah. Biar rahmat Allah yang menuntun kami. Semoga jodoh kami langgeng di dunia dan akhirat.

Sekian

No comments: